Pengertian Proses Morfologis
Proses morfologis dapat dikatakan sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain yang merupakan bentuk dasar (Cahyono, 1995: 145). Dalam proses morfologis ini terdapat tiga proses yaitu: pengafiksan, pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan.
1. Pengafiksan
Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan (Alwi dkk., 2003: 31). Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Cahyono, 1995:145). Contoh:
1. Berbaju
2. Menemukan
3. Ditemukan
4. Jawaban.
Bila dilihat pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).
2. Reduplikasi
a. Pengertian
Reduplikasi (kata ulang) adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. (Chaer,1994:182).Setiap reduplikasi memiliki satuan yang diulang. Satuan yang diulang itu disebut bentuk dasar. Tetapi tidak semua reduplikasi dapat ditentukan bentuk dasarnya.
b. Jenis-jenis reduplikasi yaitu :
Redupikasi Fonologis
Berlangsung terhadap dasar yang bukan akar/ terhadap bentuk yang statusnya lebih tingi akan menghasilkan makna leksikal bukan makna glamatikal.
Contoh :
• Mondar mandir
• Luntang lantung
Reduplikasi sintaksis
Adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar menghasilkan satuan bahasa statusnya lebih tinggi dari pada sebuah kata.
Contoh :
• Suaminya benar-benar jantan
• Kata beliau tenang-tenang jangan panik
• Mereka-mereka memang sengaja tidak diundang
• Kita-kita ini memang termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau
• Besok- besok kamu boleh datang kesini
Reduplikasi semantik
Adalah pengulangan “Makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim.
Contoh :
Alim Ulama Gelap Gulita
Tua Renta Segar Bugar
Reduplikasi Morfologis
Ada tiga macam yaitu
• Pengulangan utuh yaitu bentuk dasar diulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu.
Contoh :
Meja-meja
Kuning-kuning
• Pengulangan sebagaian yaitu diulang dari bentuk dasarnya hanya salah satu suku katanya saya.
Contoh :
Leluhur
Lelaki
• Pengulangan dengan perubahan bunyi yaitu bentuk dasarnya diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Perubahannya biasa vokal atau konsonan.
Contoh :
Bolak – balik
Kelap – kelip
• Pengulangan dengan infik maksudnya sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangnya.
Contoh :
Turun temurun
Tali temali
3. Pemajemukan
a. Pengertian Kata Majemuk
Kata majemuk ialah dua kata atau lebih yang menjadi satu dengan erat sekali dan menunjuk atau menimbulkan satu pengetian baru. Dalam bahasa Indonesia selanjutnya kata majemuk disebut juga bentuk senyawa atau susunan senyawa (kompositum).
Contoh :
mata sapi arti baru : telor ceplok (bahasa Jawa)
matahari arti baru : bola gas raksasa yang terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat
sapu tangan arti baru : selembar kain untuk lap muka.
b. Macam-macam Kata Majemuk
1. Kata majemuk berdasarkan sifatnya
Berdasarkan sifatnya, dengan melihat kesenyawaan unsur-unsur yang bergabung, kata majemuk dikelompokkan menjadi beberapa golongan :
a. Kata majemuk bersifat endosentris
Kata majemuk endosentris adalah kata majemuk yang salah satu unsurnya menjadi inti dari gabungan, kata kata di dalam kata majemuk tersebut. Kata majemuk endosentris menghasilkan/mengandung satu ide sebagai akibat gabungan unsur didalamnya.
Contoh :
sapu tangan intinya sapu
matahari intinya mata
orang tua intinya orang
meja hijau intinya meja.
Karena salah satu unsurnya merupakan inti dari golongan kata dalam kata majemuk tersebut maka ide yang dihasilkan oleh hasil-hasil gabungan unsur tersebut juga satu.
Misalnya :
Sapu tangan : memiliki satu konsep tentang suatu benda tertentu
Matahari : mewakili satu konsep tentang suatu benda tertentu.
Hal tersebut berbeda dengan bentuk kata majemuk yang bersifat eksosentris. Coba bandingkan dengan laki-bini, hilir-mudik, lalu-lalang, tua-muda, dll.
b. Kata majemuk bersifat eksosentris
Kata majemuk eksosentris adalah kata majemuk yang gabungan unsur-unsurnya tidak memiliki unsur inti.Salah satu unsure kata majemuk eksosentris bukan merupakan unsure inti dari gabungan kedua kata yang ada didalamnya. Masing-masing unsur memiliki kedudukan kuat sebagai unsur inti.Karena masing-masing unsurnya bersama-sama sebagai inti maka dalam kata majemuk eksosentris muncul dua ide.
Contoh :
laki bini : intinya pada laki atau bini
tua muda : intinya pada tua atau muda
hilir mudik : intinya pada hilir atau mudik
pulang pergi : intinya pada pulang atau pergi
hancur lebur : intinya pada hancur atau lebur
naik turun : intinya pada naik atau turun.
Masing-masing unsure tidak menjadi inti atas gabungan kedua unsurnya melainkan berdiri sendiri sebagai inti. Dengan demikian unsure yang satu tidak menerangkan unsure yang lain. Sebagai akibatnya gagasan yang muncul dari bentuk eksosentris bukan satau melainkan dua.
Contoh :
Kata majemuk Gagasan yang muncul
laki bini
tua muda
hilir mudik laki (suami) dan bini (istri)
yang tua dan yang muda
yang menuju ke hilir dan yang ke udik
2. Kata majemuk Berdasarkan Arti
Berdasarkan “arti” Prof.Dr. Slamet Muljana (dalam Yasin: 158) menyebutkan bahwa Kata Majemuk dikelompokkan menjadi :
a. Kata majemuk wajar ialah kata majemuk yang artinya merupakan kias.
Contoh :
indah permai muram durja
yatim piatu kamar mandi
b. Kata majemuk kiasan ialah kata majemuk yang merupakan kias,
Contoh :
panjang tangan tebal muka
besar kepala besar mulut
3. Kata majemuk berdasarkan susunannya
Menurut Prof.Dr. Slamet Muljana (dalam yasin:158), berdasarkan susunannya kata majemuk digolong-golongkan menjadi :
a. Kata majemuk berangkaian
Kata majemuk berangkaian ialah kata majemuk yang unsur-unsurnya tidak salinag menguasai dan tidak saling menerangkan. Makna kata-katanya sama atau berlawanan.
Susunannya terdiri atas :
1. Kata benda+kata benda.
Contoh :
laki bini kaki tangan sandang pangan
ibu bapa kawan lawan dunia akhirat
2. Kata keadaan+kata keadaan
Contoh :
tinggi rendah sunyi sepi panjang pendek
panas dingin baik buruk riang gembira
nuka duka bulat bundar rindu dendam
3. Kata kerja+kata kerja.
Contoh :
naik turun ulang alik pulang pergi
timbil tenggelam hilir mudik keluar masuk
sepak terjang tumpang tindih
b. Kata majemuk berlengkapan
ialah kata majemuk yang unsur satunya menerangkan atau melengkapi unsure lain.
Susunannya terdiri atas :
a. kata benda + kata benda
contoh :
air mata jari kelingking surat kawat
ibu jari batu api anak sungai
b. kata benda + kata keadaan
contoh :
tanah lapang hari raya raja muda
bini muda besi tua besi berani
jalan raya piring terbang orang tua
c. kata benda + kata kerja
Contoh :
kursi goyang kamar mandi rumah makan
kamar tidur lampu duduk tiang gantung
d. kata keadaan + kata keadaan
Contoh :
putih bersih merah tua merah muda
kurus kering hijau muda penuh sesak
tua renta basah kuyup pahit getir
e. kata keadaan + kata benda
Contoh :
keras hati ringan tangan panjang tangan
tinggi hati lapang dada panjang lidah
besar kepala besar mulut sesak dada
f. kata keadaan (warna) + kata benda
Contoh :
kuning langsat biru laut lesu darah
hijau daun naik darah merah jambu
biru laut merah delima hijau botol
g. kata kerja + kata benda
contoh :
angkat kaki angkat topi tepuk dada
banting stir makan angin gigit jari
cuci tangan lepas tangan
h. kata kerja + kata keadaan
contoh :
omong kosong jalan belakang jual mahal
i. bentuk lain + kata bilangan
contoh :
celaka tiga belas langkah seribu
dua sejoli tujuh turunan
4. Kata Majemuk berdasarkan sifat dan strukturnya.
Berdasarkan sifat dan strukturnya, Drs. Gorys Keraf mengelompokkan kata majemuk menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
a. Kata Majemuk Dwandwa.
Ialah kata majemuk yang struktur unsur-unsurnya sederajat atau setara. Kedua unsurnya berupa kata-kata yang berlawanan maupun bersamaan arti. Karena kedua unsurnya sederajat maka kata majemuk dwandwa bersifat ekosentris. Kata majemuk dwandwa disebut juga kata majemuk setara/sederajat atau kompositum kompulatif.Berdasarkan kesenyawaan unsur-unsurnya, kata majemuk dwndwa dibedakan atas empat golongan seperti di bawah ini:
Kata majemuk setara sejalan.
Contoh:
Hancur lebur pahit getir
Lemah gemulai cantik molek
Indah permai kurus kering
Tulus ikhlas kaum kerabat
Sepak terjang susah payah
Sunyi senyap duka nestapa
Riang gembira hati sanubari
Cerah ceria tegur sapa
Kecil mungil belas kasih
Kering kerontang lemah lembut
Kata majemuk setara berdampingan.
Contoh:
Kampung halaman nenek moyang
Kaki tangan tanah air
Ibu bapa tikar bantal
Rumah tangga panjang lebar
Air mata mata air
Batu api batu apung
Ibu jari jari kelingking
Kata majemuk berlawanan.
Contoh:
Laba rugi lahir batin
Besar kecil laki bini
Pulang pergi siang malam
Tua muda bolak balik
Kurang lebih ulang alik
Panas dingin lawan kawan
Naik turun luar dalam
Kata majemuk setara berpilihan.
Contoh:
Satu dua dua tiga empat lima
b. Kata majemuk tatpurusa.
Kata majemuk tatpurusa ialah kata majemuk yang bagian kedua dari unsur-unsurnya memberi penjelasan pada bagian pertama. Kata majemuk tatpurusa bersifat endosentris.Berbeda dengan dwandwa yang struktur unsur-unsurnya setara. Kata majemuk tatpurusa memiliki unsur-unsur yang bertingkat. Unsur yang satu menerangkan unsur yang lain. Unsur kedua terdiri dari kata benda/kata kerja.Kata majemuk tatpurusa disebut juga kata majemuk bertingkat/kata majemuk subordinatif atau kompositum determinatif.Berdasarkan hubungan antar unsur-unsurnya kata majemuk bertingkat dibedakan atas beberapa bentuk sebagai berikut:
1. Hubungan kualitatif
Kata pada arus kedua merupakan sifat/keadaan dari kata arus pertama.
Contoh:
Air terjun jangka pendek guru besar
Gunung berapi angin sepoi jangka panjang
2. Hubungan kuantitatif.
Kata pada ruas pertama dan ruas kedua berhubungan sebagai bagian keseluruhan.
Contoh:
Setengah mati setengah gila separo harga
Setengah jalan seperempat jam seperempat final
3. Hubungan perbandingan.
Kata ruas pertama dibandingkan dengan kata pada ruas kedua.
Contoh:
Biru laut merah jambu kuning langsat
Bulat telur hijau daun merah delima
4. Hubungan limitatif.
Kata pada ruas kedua membatasi pengertian ruas pertama.
Contoh:
Keras kepala panjang tangan sama kaki
Naik darah tinggi hati besar hati
5. Hubungan timbal balik
Kata pada ruas kedua menerangkan ruas pertama atau sebaliknya.
Contoh:
uang hangus daerah kabupaten harta pustaka
uang hangus rumah tinggal
6. Hubungan sangkut paut
Kata pada ruas pertama dan kedua masing-masing menyatakan benda berdiri sendiri yang merupakan hubungan sangkut paut tertentu.
Contoh:
a. Merupakan sangkut paut asal (dari)
Batu kali air mata minyak bumi
b. Merupakan sangkut paut alat (mempergunakan)
Radio listrik setrika listrik kereta api
c. Merupakan sangkut paut (di)
Cacing tanah cacing perut angkatan laut
d. Merupakan sangkut paut penghasil (menghasilkan)
Mata air kelenjar ludah gigi bis
e. Merupakan sangkut paut bahan (dari bahan)
rumah batu sepatu karet tas kulit
c. Kata majemuk karmadharaya
Kata majemuk karmadhaya ialah kata majemuk yang unsur kedua menjelaskan unsur pertama. Unsur keduanya itu merupakan kata sifat. Kata majemuk karmadhaya bersifat endosentris.
Contoh:
Rumah tua rumah besar hari besar
Darah dingin darah panas hari baik
d. Kata majemuk bahuvrihi
Kata majemuk bahuvrihi ialah kata majemuk dawandwa atau tatpurusa tetapi berfungsi untuk menjelaskan satu kata benda lain.
Contoh:
bumiputra maharaja purbakala
c. Penulisan kata majemuk
Penulisan kata majemuk dilakukan dengan memperhatikan dua hal sebagai berikut:
a. Kata majemuk yang sudah senyawa benar ditulis serangkai.
Contoh: purbakala mahasiswa matahari
saputangan pancasila bagaimana
b. Kata majemuk yang kesenyawaannya agak kurang ditulis terpisah dengan memberikan garis pemisah atau tidak.
Contoh: ibu – bapa kaya – raya
anak – tangga hilir – mudik
Sebenarnya penulisan kata majemuk menjadi lebih baik jika ditulis serangkai. Hal itu untuk membantu kita agar secara eksplisit dapat membedakan antara frase biasa dengan kata majemuk. Namun perlu disadari bahwa penulisan majemuk dengan cara tersebut mempunyai kelemahan juga. Sebagai contoh, seandainya suatu bentuk majemuk terdiri atas lebih dari dua kata tentu sulit merangkainya.
Misalnya:
Pasar malam amal
Uang dana bantuan korban banjir
Kedua bentuk majemuk seperti di atas itu tidak mungkin ditulis serangkai seperti dibawah ini:
Pasarmalamamal
Uangdanabantuankorbanbanjir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar